Menampar Politik dan Cinta


Di atas kasta dan kuasa
Di atas otoritas dan ciuman mesra
Di atas pelukan dan sentuhan kebencian
Di atas ranjang dan kehendak kesewenangan

Aku bercinta dengan kepentingan milik siapa?
Aku berkencan dengan partai apa?
Aku tersenyum dengan suara lantang untuk siapa?
Aku menikah bersama kemenangan milik siapa?

Semakin mesranya bulan madu
Kala politik baru bangun dari syahwat asmaraku
Semakin panasnya kursi nomor satu
Kala cintaku baru mengenal siapa tuannya

Air menangis, kala nasionalisme dimakamkan Bersama Soekarno yang Padam
Api menangis, kala toleransi dimakamkan bersama kaum sampit yang diberantas
Daun menangis, kala gender dimakamkan bersama Inggit yang terkubur
Tanah menangis, kala Marhaenisme dimakamkan bersama PNI yang dibiri

Pengemis menamparku dengan celotehan jalanan
Petani menamparku dengan jeritan panen kegagalan
Nelayan menamparku dengan jaring yang kering tanpa ikan
Buruh menamparku dengan tunggakan gaji berbulan-bulan

Bukankah cintaku telah abadi?
Yakni dirimu dengan moleknya timbunan darah kapital
Bukankah istriku telah bahagia?
Yakni para Cina, Jepang, Rusia, German, Australia, Malaysia, Singapura,
Belanda, Italia dan Amerika

Maafkan aku negeriku!
Maafkan aku rakyatku!
Yang telah berpoligami
Yang telah bersetubuh dengan ibu Pertiwi

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama