Trip to Jepara dan Demak, dari Kamp Sampai Ziarah Makam Tokoh

Oleh Abdul Manan (PMII Rayon Pancasila, Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Kamis – 08:42 WIB

Jumat, 6 November 2020, PMII Rapan (Rayon Pancasila) melakukan trip to Jepara seusai melaksanakan RTAR ke VI. Perjalanan itu diikuti oleh sebagian besar anggota Rapan dan beberapa orang ikut serta dari kediamannya masing-masing Semarang-Jepara. Hajat trip to jepara ialah satu upaya untuk merelaksasikan dari dari kehidupan kuliah dan segala bejibun tugas di dalamnya. Selain sebagai upaya untuk berlibur, kegiatan itu juga membawa romansa islami dengan berziarah ke beberapa makam tokoh.

Setelah rumusan ulang destinasi yang tadinya menuju Pulau Panjang, trip beralih ke Pantai Kampung Prau. Tenda dan kamp didirikan. Sebagai ganti dari Pulau Panjang, Rapan bersama melantunkan tahlil dan doa-doa untuk leluhur yang salah satunya Habib Abubakar bin Ahmad bin Syeich bin Yahya Ba’alawi, Pulau Panjang. Jumat malam pukul 23.00 seterusnya dilanjut dengan acara ria.

Kala Sabtu, 7 November 2020 siang sekitar pukul 11.00, perjalanan dilanjutkan menuju Masjid Mantingan, sebuah masjid kuno di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara yang didirikan pada masa Kesultanan Demak. Menyususri pelataran dan teras masjid akan dijumpai ragam alkuturasi budaya Jawa, Tiongkok, dan Hindu. Di dekat masjid juga dijumpai petilasan masjid walaupun sudah tak utuh. Relief dna motif-motif absatrak terpampang di tembok depan masjid mengundang perhatian para jamaah yang melintas.

Masjid Mantingan Jepara

“Relief dan ukiran ini sebenarnya menggambarkan corak atau motif binantang, tatapi disamarkan dengan motif yang lain seperti tumbuhan, dan garis-garis abstrak yang lain. Karena penggambaran bentuk binatang secara langsung tidak diperbolehkan,” tutur Rizal.

Melipir ke samping masjid, tak lupa Rapan berziarah ke makam Sultan Hadirin atau gelar Kerajaan Demak kepada Sultan Kerajaan Kalinyamat yang bernama Toyib. Dalam silsilah yang tergantung di kompleks makam, tertulis bahwa Sultan Hadirin beristri dengan Ratu Kalinyamat yang merupakan putri Kerajaan Demak.

Sebagai penutup, destinasi terakhir yang Rapan kunjungi adalah Masjid Agung Demak. Orang-orang ramai memenuhi altar suci di sana. Anak-anak, ibu-ibu, rombongan jamaah dan lain-lain turut memberikan warna di sana, sore itu, Minggu, 8 November 2020. Banyak orang hendak berziarah. Museum Masjid Agung Demak juga menyita perhatian segelintir orang termasuk kami. Di dalam museum ada benda-benda peninggalan Walisongo: Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Pilar masjid yang terbuat dari bongkahan kayu masih berdiri kukuh. Beberapa eksemplar quran terpajang rapi di balik lemari kaca. Di dinding-dindingnya terpampang gambar-gambar bangunan masjid agung demak dan bagiannya dari masa ke masa.

Tahlil di makam Sultan Fatah

Tahlil dilantunkan kepada para pendahulu. Semua tertunduk dengan mulut yang komat-kamit merapalkan doa kepada Sultan Fatah, Sultan Trenggono, Pangeran Sabrang Lor, Sunan Prawoto, dan Sunan Kalijaga lantunan.

Demikianlah trip to Jepara. Beberapa kawan Rapan-singgahi kediamannya. Dari Masjid Agung Demak, langit jingga membersamai kepulangan Rapan. Semarang-Jepara adalah perjalanan beromansa islami dan menjadi usaha menghilangkan penat.

1 Komentar

Lebih baru Lebih lama