Tahlil dan Doa untuk Korban Tragedi ’65 di Plumbon, Semarang

Oleh Abdul Manan (PMII Rayon Pancasila, Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Minggu – 15:56 WIB

Dok. Tahlil dan do'a untuk korban tragedi '65 di Plumbon, Semarang

SEMARANG—(10/12/2020) PMII Rapan (Rayon Pancasila) melakukan refleksi atas peringatan Hari HAM (Hak Asasi Manusia) Internasional dengan mengunjungi makam dan melaksanakan tahlil serta doa kepada korban tragedi ’65 yang terletak di Hutan Plumbon, Desa Wonosari, Ngaliyan, Kota Semarang.

Makam yang terletak tidak jauh dari jalur Pantura itu menyisakan kisah bagaimana korban tragedi ’65 dibunuh tanpa melalui proses hukum yang jelas. Menurut Asrori, saksi hidup atas tragedi itu mengatakan bahwa ada sekitar sebelas sampai 24 orang yang dikebumikan. Hal itu terulis dalam nisan yang sudah memudar tulisannya. Pasalnya nisan itu dibuat dan diresmikan pada tahun 2015 oleh pemerintah Kota Semarang.

Dok. Nisan makam pembunuhan massal 1965 di Plumbon, Semarang

Di atas nisan tertulis nama-nama yang berhasil diungkap, seperti Moetiah, Soesatjo, Darsono, Sachroni, Joesoef, Soekandar, Doelkhamid, dan Soerono. Mereka semua diduga merupakan anggota simpatisan PKI dari Kendal dengan latar belakang yang berbeda-beda. Ada guru TK, seorang patih, aktivis, dan lain-lain.

Dok. Bapak Asrori saksi hidup tragedi Plumbon
berbagi cerita dengan sahabat-sahabat Rayon Pancasila 

Asrori bercerita bahwa dahulu para korban dibawa menggunakan truk boks dan langsung masuk ke hutan. Malam itu, para tawanan diturunkan. Mata mereka ditutup dengan hitam dan tangan diikat saling bergandengan. Eksekusi dilakukan malam itu juga.

“Ini ada tiga lubang, yang satu kosong. Mereka yang ditembak mati dikumpulkan dalam lubang yang dua itu,” ungkap Asrori.

Mengutip dari Historia.id makam itu merupakan situs memori terkait pelanggaran HAM berat yang ditetapkan oleh CIPDH-UNESCO: organisasi di bawah UNESCO yang fokus terhadap pendidikan HAM yang berupaya memvisualisasikan situs-situs terkait dengan memori pelanggaran HAM berat di seluruh dunia sebagai bagian dari warisan budaya kolektif komunitas dalam bentuk peta interaktif.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama