Kerlap-Kerlip Rumah, Marhaban ya Ramadhan

Oleh Khoir Ulin Nuha (Sekretaris Umum PMII Komisariat Al-Ghozali  Semarang) pada Selasa – 05.00 WIB

Sumber Foto : Freepik

Hari senin ini keadaan langit begitu cerah dan bersahabat. Tidak seperti hari-hari biasanya yang selalu nampak dengan hujan dan hujan lebat, atau yang malah sebaliknya terik panas yang sangat, siang ini sangat berbeda, walaupun langit cerah dengan menampakkan cakrawalanya tanpa tercoret oleh awan sama sekali, hawa sejuk sepertinya tetap menghadiri udara di siang ini.

Selain keadaan yang bisa dibilang membuat semangat baru dapat muncul tersebut, ternyata ramai orang-orang ngalor-ngidul mempersiapkan sesuatu baik di rumah, di jalan, masjid, langgar dan di tempat-tempat lain di setiap daerah di Desa Karangkepil dan Desa lain di sekitarnya. Hari ini sepertinya nampak sangat istimewa. Tidak cuma di dunia nyata, dunia maya dan TV pun sepertinya juga telah ramai dengan berbagai ucapan-ucapan, atau bahkan ada pula yang sudah menyiapkan agenda-agenda komersial untuk menambah penggembungan profit TV mereka selama satu bulan penuh kedepan.

Benar sekali. Hari ini adalah hari terakhir di Bulan Sya’ban menurut hisab yang telah dilakukan sebelum nanti sore hari sudah berganti bulan, apabila kegiatan ruiatul hilal telah berhasil melihat hilal sesuai dengan koordinat yang telah ditentukan.

“Marhaban ya Ramadhan”. Hal tersebut yang diucapkan oleh banyak orang dan beberapa media untuk menyambut bulan suci ramadhan. Bahkan, ada pula yang menempelkannya di beberapa postingan dan di depan rumah pula. Besok memang merupakan hari yang istimewa, terutama bagi umat muslim di seluruh antero jagad bumi.

Di saat semua orang sibuk membersihkan tempat dan membuat postingan, lain halnya dengan Kang Dul Kemit yang masih asik saja dengan rokok lintingannya duduk di depan teras, dengan tangan kanannya yang juga masih asik memutar-mutar 3 batu yang kemana-mana selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Setiap kali ia telah memutar batu tersebut sebanyak 11 kali, maka satu sebatan rokok lintingan yang ia racik dilakukan. Entah apa yang ia baca. Ia nampak asik dengan rokoknya, dengan duduk santai didepan teras. Saat itu pula Dobleh yang sedang membawa mmt bertuliskan “marhaban ya ramadhan” lewat dan melihat Kang Dul Kemit. Dengan tatapan penuh pertanyaan, Doblehpun mendatangi kang Dul Kemit.

“Assalamualaikum kang” sapa Dobleh.

“waalaikum salam bleh” jawab kang Dul Kemit diteruskan dengan satu sebatan yang sepertinya ia lakukan dengan mantap.

“gimana kabarnya kang? Sehat” tanya Dobleh.

“Alhamdulillah Bleh, baik, dan masih bisa merokok dengan bebas karena aku masih di rumah, bukan di trotoar sepanjang jalan Malioboro, hehehe” jawab kang Dul Kemit yang kemudian jilanjut tawa mereka berdua.

“hahaha, bisa saja sampeyan kang. Eh kang, saya mau tanya, sampeyan iki kok ora podo liyane to?” tanya Dobleh.

“Maksudnya Bleh?” tanya Dul Kemit Santai.

“Gini lho kang, besok itu kan sudah bulan ramadhan, kok sampean malah masih asik-asik santai di depan rumah sambil rokok an, kok nggak ngapa-ngapain” kata Dobleh.

“Lha emang aku harus ngapain Bleh?” tanya kang dul kemit kembali.

“Ya mbok yo sampeyan itu ngapa gitu lho, entah mempercantik rumah dengan lampu kerlap kerlip kayak rumahku dan rumah orang-orang yang lain, atau membuat postingan marhaban ya ramadhan atau apa gitu lho, atau mengadakan agenda yang sekiranya bisa dilihat orang lain untuk besok sebulan penuh biar terlihat produktif di bulan ramadhan.” Jawab Dobleh.

“ohh, itu ya bleh, lha ini, aku tadi pagi sudah bersih-bersih rumah seperti biasanya. Nyuci baju, masak, dan lain-lain.” Jawab kang Dul Kemit.

“Sampeyan itu gimana to kang, itu kan agenda biasa” tanggap Dobleh dengan menepuk jidatnya, “ini lho, kayak gini kang contohnya, pasang MMT di depan rumah dan jalan, sama rumahnya dikasih kerlap kerlip, sama coba lihat status wa-ku, sudah buat status marhaban ya ramadhan juga, sambil agenda dan target-target yang ingin aku capai besok satu bulan kedepan juga aku list sekalian” lanjut Dobleh sambil menunjukkan MMT yang ia pegang dan menunjukkan status WA-nya.

“hmmm.. ssstttt.. hehehe” kang Dul Kemit tertawa setelah menyebat rokok lintingannya.

“Lhoh, kok malah ketawa kang?” tanya Dul Kemit heran.

sik, sik Bleh, aku mau tanya. Emang, semua yang kamu sebutkan tadi intinya buat apa to Bleh?” tanya kang Dul Kemit.

“ya buat menghormati datangnya Bulan Ramadhan to kang, lha buat apa lagi?”  saut Dobleh.

sik sik Bleh. Aku pingin takon maneh. Kamu melakukan itu semua yang kamu sebutkan tadi, itu bener-bener ikhas menyambut bulan ramadhan, atau cuma buat gaya-gayaan aja, atau agar kamu juga dianggap ikut merayakan datangnya bulan ramadhan oleh orang lain, atau buat paes awak  (perhiasan raga) agar dihormati orang lain, karena anggepannya, hal yang seperti itu bagian dari menyambut bulan ramadhan?” tanya kang Dul Kemit yang saat ini nampak lebih serius.

“coba diangen-angen lagi Bleh. Coba atimu ditanya lagi sendiri, nggk usah kamu jawab disini. Cukup tanya hatimu saja, karena terkadang, wong pamer iku gak keroso yen awake lagi pamer. Ya mudah-mudahan saja apa yang kamu dan orang-orang lakukan itu benar-benar ikhlas untuk menyambut bulan ramadhan. Walaupun menurutku terkadang yang seperti itu tidak perlu dilakukan. Malah lebih baik kalau kamu menyiapkan uang untuk dikasihkan ke tetangga-tetangga yang sekiranya tidak mampu menyiapkan hidangan untuk sahur atau berbuka puasa. Itu malah lebih baik. Atau, dengan banyak berdo’a, supaya besok pas bulan ramadhan, amal ibadahnya dapat ikhlas dan diterima oleh gusti Allah. Itu malah lebih baik Bleh. Coba diangen-angen lagi bleh, buat MMT marhaban ramadhan atau menghias jalan, rumah dan trotoar di setiap jalan itu nggak wajib, tapi yang wajib memberi makan orang yang lagi nggak bisa makan. Dan lagi, perilaku pamer itu juga dilarang lho Bleh.” Tambah kang Dul Kemit.

Duerrr.. mak deg mak tratap tiba-tiba badan Dobleh serasa terdiam membatu dengan mulut yang menganga setelah mendengar perkataan Kang Dul Kemit. Badannya bergetar hebat. Matanya seakan ingin mengeluarkan air mata dengan sangat dahsyat.

heeh yo kang. Aku kok nggak kepikiran sampai segitu.” Jawab Dobleh yang badannya masih gemetar tidak karuan, walau  belum berpuasa. “ternyata selama ini niatku salah. Maaf ya kang”. Lanjut Dobleh.

“ssssttt... huuuuhhh... alhamdulillah” sebat kang Dul Kemit dilanjut bacaan tahmid karena merasa mendapatkan nikmat yang luar biasa lewat rokok. “Jangan meminta maaf sama aku Bleh, itu nggak ada urusannya sama aku. Kalau minta maaf sama Gusti Allah. Itu baru bener” lanjut kang Dul Kemit.

“oke kang siap. Kalau begitu tak pulang dulu kang. Terima kasih kang. Ini tak kasih satu pak Dji Sam Soe, karena aku tahu sampeyan dari dulu nggak mampu beli, anggap saja sebagai sedekahku. Hehehe.. assalamualaikum” saut Dobleh sambil berlari dan sudah mampu tertawa karena berhasil meledek kang Dul Kemit.

“hahahaha.. kurang ajar kamu Bleh.. matur suwun tapi. Hahaha.. waalaikumsalam” sambut kang Dul Kemit sambil tertawa dan dihati gergemam “alhamdulillah, rokok samsu filter gratis, hehehe”
.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama