Oleh Khoir Ulin Nuha (Sekretaris Umum PMII Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Selasa – 05.00 WIB
Hari senin ini keadaan langit begitu cerah dan bersahabat. Tidak
seperti hari-hari biasanya yang selalu nampak dengan hujan dan hujan lebat,
atau yang malah sebaliknya terik panas yang sangat, siang ini sangat berbeda,
walaupun langit cerah dengan menampakkan cakrawalanya tanpa tercoret oleh awan
sama sekali, hawa sejuk sepertinya tetap menghadiri udara di siang ini.
Selain keadaan yang bisa dibilang membuat semangat baru dapat
muncul tersebut, ternyata ramai orang-orang ngalor-ngidul mempersiapkan
sesuatu baik di rumah, di jalan, masjid, langgar dan di tempat-tempat
lain di setiap daerah di Desa Karangkepil dan Desa lain di sekitarnya. Hari ini
sepertinya nampak sangat istimewa. Tidak cuma di dunia nyata, dunia maya dan TV
pun sepertinya juga telah ramai dengan berbagai ucapan-ucapan, atau bahkan ada
pula yang sudah menyiapkan agenda-agenda komersial untuk menambah penggembungan
profit TV mereka selama satu bulan penuh kedepan.
Benar sekali. Hari ini adalah hari terakhir di Bulan Sya’ban
menurut hisab yang telah dilakukan sebelum nanti sore hari sudah
berganti bulan, apabila kegiatan ruiatul hilal telah berhasil
melihat hilal sesuai dengan koordinat yang telah ditentukan.
“Marhaban ya Ramadhan”. Hal tersebut yang diucapkan oleh banyak
orang dan beberapa media untuk menyambut bulan suci ramadhan. Bahkan, ada pula
yang menempelkannya di beberapa postingan dan di depan rumah pula. Besok memang
merupakan hari yang istimewa, terutama bagi umat muslim di seluruh antero jagad
bumi.
Di saat semua orang sibuk membersihkan tempat dan membuat
postingan, lain halnya dengan Kang Dul Kemit yang masih asik saja dengan rokok
lintingannya duduk di depan teras, dengan tangan kanannya yang juga masih asik
memutar-mutar 3 batu yang kemana-mana selalu ia bawa kemanapun ia pergi. Setiap
kali ia telah memutar batu tersebut sebanyak 11 kali, maka satu sebatan rokok
lintingan yang ia racik dilakukan. Entah apa yang ia baca. Ia nampak asik
dengan rokoknya, dengan duduk santai didepan teras. Saat itu pula Dobleh yang
sedang membawa mmt bertuliskan “marhaban ya ramadhan” lewat dan melihat Kang
Dul Kemit. Dengan tatapan penuh pertanyaan, Doblehpun mendatangi kang Dul
Kemit.
“Assalamualaikum kang” sapa Dobleh.
“waalaikum salam bleh” jawab kang Dul Kemit diteruskan dengan satu
sebatan yang sepertinya ia lakukan dengan mantap.
“gimana kabarnya kang? Sehat” tanya Dobleh.
“Alhamdulillah Bleh, baik, dan masih bisa merokok dengan bebas
karena aku masih di rumah, bukan di trotoar sepanjang jalan Malioboro, hehehe”
jawab kang Dul Kemit yang kemudian jilanjut tawa mereka berdua.
“hahaha, bisa saja sampeyan kang. Eh kang, saya mau tanya, sampeyan
iki kok ora podo liyane to?” tanya Dobleh.
“Maksudnya Bleh?” tanya Dul Kemit Santai.
“Gini lho kang, besok itu kan sudah bulan ramadhan, kok sampean
malah masih asik-asik santai di depan rumah sambil rokok an, kok nggak
ngapa-ngapain” kata Dobleh.
“Lha emang aku harus ngapain Bleh?” tanya kang dul kemit kembali.
“Ya mbok yo sampeyan itu ngapa gitu lho, entah mempercantik rumah
dengan lampu kerlap kerlip kayak rumahku dan rumah orang-orang yang lain, atau
membuat postingan marhaban ya ramadhan atau apa gitu lho, atau mengadakan
agenda yang sekiranya bisa dilihat orang lain untuk besok sebulan penuh biar
terlihat produktif di bulan ramadhan.” Jawab Dobleh.
“ohh, itu ya bleh, lha ini, aku tadi pagi sudah bersih-bersih rumah
seperti biasanya. Nyuci baju, masak, dan lain-lain.” Jawab kang Dul Kemit.
“Sampeyan itu gimana to kang, itu kan agenda biasa” tanggap Dobleh
dengan menepuk jidatnya, “ini lho, kayak gini kang contohnya, pasang MMT di
depan rumah dan jalan, sama rumahnya dikasih kerlap kerlip, sama coba lihat
status wa-ku, sudah buat status marhaban ya ramadhan juga, sambil agenda dan
target-target yang ingin aku capai besok satu bulan kedepan juga aku list
sekalian” lanjut Dobleh sambil menunjukkan MMT yang ia pegang dan menunjukkan
status WA-nya.
“hmmm.. ssstttt.. hehehe” kang Dul Kemit tertawa setelah menyebat
rokok lintingannya.
“Lhoh, kok malah ketawa kang?” tanya Dul Kemit heran.
“sik, sik Bleh, aku mau tanya. Emang, semua yang kamu
sebutkan tadi intinya buat apa to Bleh?” tanya kang Dul Kemit.
“ya buat menghormati datangnya Bulan Ramadhan to kang, lha buat apa
lagi?” saut Dobleh.
“sik sik Bleh. Aku pingin takon maneh. Kamu melakukan
itu semua yang kamu sebutkan tadi, itu bener-bener ikhas menyambut bulan
ramadhan, atau cuma buat gaya-gayaan aja, atau agar kamu juga dianggap ikut
merayakan datangnya bulan ramadhan oleh orang lain, atau buat paes awak (perhiasan raga) agar dihormati orang lain,
karena anggepannya, hal yang seperti itu bagian dari menyambut bulan ramadhan?”
tanya kang Dul Kemit yang saat ini nampak lebih serius.
“coba diangen-angen lagi Bleh. Coba atimu ditanya lagi
sendiri, nggk usah kamu jawab disini. Cukup tanya hatimu saja, karena
terkadang, wong pamer iku gak keroso yen awake lagi pamer. Ya
mudah-mudahan saja apa yang kamu dan orang-orang lakukan itu benar-benar ikhlas
untuk menyambut bulan ramadhan. Walaupun menurutku terkadang yang seperti itu
tidak perlu dilakukan. Malah lebih baik kalau kamu menyiapkan uang untuk
dikasihkan ke tetangga-tetangga yang sekiranya tidak mampu menyiapkan hidangan
untuk sahur atau berbuka puasa. Itu malah lebih baik. Atau, dengan banyak
berdo’a, supaya besok pas bulan ramadhan, amal ibadahnya dapat ikhlas dan
diterima oleh gusti Allah. Itu malah lebih baik Bleh. Coba diangen-angen lagi
bleh, buat MMT marhaban ramadhan atau menghias jalan, rumah dan trotoar di
setiap jalan itu nggak wajib, tapi yang wajib memberi makan orang yang lagi
nggak bisa makan. Dan lagi, perilaku pamer itu juga dilarang lho Bleh.” Tambah
kang Dul Kemit.
Duerrr.. mak deg mak tratap tiba-tiba badan Dobleh serasa terdiam membatu dengan mulut yang
menganga setelah mendengar perkataan Kang Dul Kemit. Badannya bergetar hebat.
Matanya seakan ingin mengeluarkan air mata dengan sangat dahsyat.
“heeh yo kang. Aku kok nggak kepikiran sampai segitu.” Jawab
Dobleh yang badannya masih gemetar tidak karuan, walau belum berpuasa. “ternyata selama ini niatku
salah. Maaf ya kang”. Lanjut Dobleh.
“ssssttt... huuuuhhh... alhamdulillah” sebat kang Dul Kemit dilanjut
bacaan tahmid karena merasa mendapatkan nikmat yang luar biasa lewat rokok.
“Jangan meminta maaf sama aku Bleh, itu nggak ada urusannya sama aku. Kalau
minta maaf sama Gusti Allah. Itu baru bener” lanjut kang Dul Kemit.
“oke kang siap. Kalau begitu tak pulang dulu kang. Terima kasih
kang. Ini tak kasih satu pak Dji Sam Soe, karena aku tahu sampeyan dari dulu
nggak mampu beli, anggap saja sebagai sedekahku. Hehehe.. assalamualaikum” saut
Dobleh sambil berlari dan sudah mampu tertawa karena berhasil meledek kang Dul
Kemit.
“hahahaha.. kurang ajar kamu Bleh.. matur suwun tapi.
Hahaha.. waalaikumsalam” sambut kang Dul Kemit sambil tertawa dan dihati
gergemam “alhamdulillah, rokok samsu filter gratis, hehehe”
.
.
Tags:
Cerpen