Menelaah Kalimah Iqro pada Surah Al-Alaq

Oleh Rayon Garuda PMII Komisariat Al Ghozali Semarang pada Ahad - 14.10 WIB

Gambar Ilustrasi, Iqra


Kitab suci Al-Qur'an pertama diturunkan oleh Allah pada tanggal 17 Ramadan kepada Nabi Muhammad saw di Gua Hira lewat perantara malaikan Jibril. Adapun ayat Al-Qur'an yang pertama kali diterima Nabi Muhammad saw adalah Surah Al-Alaq ayat 1-5:

 

Artinya: "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2), Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia (3), Yang mengajar (manusia) dengan pena (4), Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5)." (QS. Al-Alaq: 1-5).

Ayat yang turun di bulan suci Ramadan di atas, kemudian ditafsirkan oleh para ulama untuk menemukan makna yang terkandung di baliknya. Kata iqra’ dalam ayat tersebut memiliki berbagai macam makna di antaranya membaca, menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, dan lain sebagainya. Menurut para ulama, kata yang kemudian diikuti dengan dengan lafal bismi rabbika tersebut untuk membedakan antara orang beriman dengan kebiasaan kaum kafir Quraisy. Sebab pada saat itu, kaum kafir Quraisy terbiasa menyebutkan berhala sesembahan mereka ketika memulai segala sesuatu. Misalnya, mereka kaum kafir Quraisy tersebut terbiasa menyebut bismi Allata.

Syeh Abdul Halim Mahmud berpendapat, "Dengan kalimat iqra' bismi rabbika dalam segala aktivitas maka seakan-akan kita telah mengatakan, 'Bacalah demi Tuhanmu, bergeraklah demi Tuhanmu, bekerjalah demi Tuhanmu.' Begitupun ketika seseorang hendak berhenti dari aktivitas melibatkan nama Allah maka itu artinya seluruh aspek kehidupan seperti sujud, cara dan tujuannya, semua dilakukan karena Allah azza wa jalla.” Makna perintah membaca dalam ayat tersebut bukan dalam arti membaca tulisan atau sebuah kitab, melainkan lebih dari itu. Sebab Nabi Muhammad menurut para ulama adalah seorang yang tidak bisa membaca dan menulis. Kendati demikian, Nabi Muhammad dikenal sebagai seorang yang cerdas dalam membaca realitas sehingga ia memiliki jiwa sosial yang tinggi, revolusioner, jiwa kepemimpinan, dan seterusnya.

Tantangan Iqra dalam Masyarakat Digital

Keberadaan internet dalam masyarakat digital saat ini tentunya mempengaruhi pola pikir dan pola tata masyarakat, dalam menentukan masa depannya untuk berkembang secara individu maupun kelompok. Semua sisi kehidupan sudah bergantung dengan teknologi digital, terutama wujud nyata adanya internet. Jadi kalau disikapi secara arif dan bijaksana, bahwa budaya kita saat ini tengah berkembang. Kehadiran alat-alat digital tersebut tentunya sangat membantu untuk meningkatkan minat baca, dan minat mencari segala informasi yang dibutuhkan, karena semua informasi mudah di akses melalui media sosial yang menggelar segala informasi dan ilmu pengetahuan yang bersifat digital.

Sehingga masyarakat kita bisa dikatakan masyarakat digital, yang tergantung dengan hal-hal tersebut. Hal ini juga memberikan efisiensi dan kecepatan masyarakat dalam menerima sumber informasi dan pengetahuan secara luas. Mereka tak perlu repot-repot membeli koran, majalah, buku, bahkan menyempatkan membaca di perpustakaan. Hal ini terkadang menjadi dua sisi mata pedang yang perlu dipikirkan dan di kaji ulang dengan akal sehat dan nalar waras.

Jika sekadar membaca, barangkali sebagian besar dari kita banyak membaca tulisan-tulisan yang melimpah di dunia maya. Namun jika kita bicara membaca buku, masih rendahnya minat baca buku masyarakat kita ini. Hal tersebut yang perlu kita benahi sebagai generasi penerus bangsa. Ada beberapa hal yang harus diupayakan untuk meningkatkan minat baca masyarakat di era digital saat ini.

  • Pertama, kampanye gerakan membaca yang di canangkan pemerintah harus di dorong dengan tindakan nyata, tidak hanya slogan dan simbol belaka yang usang dimakan waktu.
  • Kedua, menumbuhkan perpustakaan diberbagai daerah dengan berbagai macam dan beragam cara.
  • Ketiga, Memperbanyak sumber referensi buku yang akan dibaca oleh masyarakat.
  • Keempat, memberikan akses sebesar-besarnya untuk masyarakat dalam memperoleh sumber ilmu pengetahuan lewat membaca.  

Memang mengubah budaya sadar membaca itu sangat sulit, tetapi setidaknya niat baik ini harus terus disuarakan. Membaca itu keterampilan yang harus dilatih, seperti lari maraton, semakin sering berlatih, semakin kuat, semakin suka, daya tahan semakin maksimal. Sehingga pengetahuan yang kita peroleh dari membaca menjadi alat bagi kita untuk berdaya dan mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama