Oleh Muhammad Gumilar Mulyana (PMII Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Minggu, 9 Maret 2025 - 20.45 WIB
Sumber gambar: https://images.app.goo.gl/jQcXVHVgaHMBFLLN9
Inilah negeriku
Tanahnya subur, penuh dengan pejabat yang melantur
Rakyat hanyalah ayat, yang disebut diwaktu tertentu
Hidupnya nyaris, miris, dan selalu menjadi amis
Negeriku tak pernah layu
Ia bagai kayu yang ditanam dan menumbuhkan beribu buku
Tapi buku hanyalah bahan yang dibutuhkan sebagai pemanas tungku
Persatuan selalu digaungkan atas nama nasionalisme
Tapi kesemuan terpapar di antara propaganda-propaganda yang timpang
Membuat kesejahteraan hanya jadi angan, terhalang pagar keserakahan
Dengan mudahnya
Silatan lidah menggaung dengan narasi “harga mati”
Tapi rakyat dibiarkan mati tanpa dihargai
Negeriku berkilau di permukaan
Nyatanya hanya ilusi berkepanjangan
Kapan ini berakhir?
Atau ini malah menjadi mutakhir?
Entah sampai kapan?
Waktu berjalan, janji terus dicanangkan
Tapi rakyat selalu diinjak bagai batu pijakan
Pekalongan, 9 Maret 2025
Tags:
Puisi