Warga Sekitar Merasa Miris Melihat Represifitas yang Terjadi pada Aksi Solidaritas untuk Affan Kurniawan di Semarang

Oleh Prika Ahmad Febrian (PMII Rayon M Zamroni, Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Minggu, 31 Agustus 2025 - 01.52 WIB


Foto Kepulan Gas Air Mata dari Pihak Kepolisian di Tengah Kerumunan Massa Aksi (Sumber: Dokumentasi Pribadi Muhammad Gumilar Mulyana)

Semarang, 29 Agustus 2025  Ditengah panasnya isu sosial yang terjadi per-hari ini, suara warga terdengar menggema pada aksi solidaritas di Semarang, 29 Agustus 2025. Warga setempat ikut bersuara dalam aksi ini. Seperti contoh Era, seorang warga setempat yang ikut partisipasi dalam aksi ini. Era merasa miris melihat situasi pada aksi tersebut.

Era, seorang warga yang berada di lokasi aksi, ia merasa miris dengan apa yang terjadi di lapangan. “Miris aja sih bang, lihat kaya gini ya”, ujarnya.

Ia menyebutkan bahwa aksi tersebut masih dipertanyakan efektifitasnya. “Tapi ya gimana, orang ngomongnya itu enaknya tuh diskusi bang, diskusi langsung sama DPR kan”, tambahnya.

Meskipun aksi ini menunjukkan semangat kolektif, dirinya merasa bahwa hasil nyata dari gerakan semacam ini masih jauh dari harapan. “kalau cara kaya gini kan, buang-buang tenaga sih bang”, ucapnya dengan nada keraguan dan mencerminkan kelelahan emosional.

Menurut Era, percakapan langsung dengan badan legislatif seperti DPR akan jauh lebih efektif dibandingkan hanya turun ke jalan. Dia menyatakan bahwa tindakan yang penuh teriakan dan kerumunan sering kali menjadi simbol perlawanan tanpa dampak yang konkret. "Kita teriak, sana teriak, yang menang kan bukan kita sama ini bang, pejabatnya bang yang menang”, katanya.

Era tidak menampik pentingnya upaya kolektif. Ia tetap mendukung tindakan temannya, tetapi ia menekankan perlunya strategi jangka panjang yang lebih matang. “Kalau mendukung sih, mendukung ya bang ya. Cuman kan ya, balik lagi sih bang, harus berpikir lebih panjang juga sih bang”, ujarnya.

Era menyimpulkan bahwa segala aksi perlu didukung ketika berorientasi terhadap keadilan, namun setiap aksi perlu mempertimbangkan efektifitas dan efek jangka panjangnya, Menurut Era, perjuangan tidak terbatas pada kehadiran di jalanan, tetapi juga menyangkut arah, efektivitas, dan keberlanjutan gerakan.


Editor: Muhammad Gumilar Mulyana

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama