Sebuah Catatan Tentang Cinta

Facebook.com/PMII-UNNES





Cinta. Seperti apakah kalian memandang dan menggambarkannya di pikiran. Pandangan atau gambaran biasanya terwujud dari masukan yang sering kita dapat, baik internalisasi diri maupun dari proses kita dilingkungan. Cinta bagi orang-orang yang biasa disebut baper ya antara aku, kau, dan dia. Cinta bagi seorang ibu adalah kebahagiaan orang-orang atas kasih sayangnya. Cinta bagi seorang nasionalis adalah bakti untuk negerinya. Tapi bagaimana cinta bagi mu untuk Tuhanmu.
 
Sebagai khalifah dimuka bumi, kita (manusia) dipilih untuk menyampaikan dan menebar  kasih sayang diseluruh penjuru alam. Hal tersebut karena kita adalah manifestasi dari wujud Tuhan. Salah satu sifat Tuhan yaitu Ar-rahman dan Ar-rahim yang mana keduanya mengacu pada kasih sayang. Wujud kasih sayang kita sebagai khalifah di alam ini berupa lelaku kita seperti saling tolong menolong, merawat, menjaga, mengasuh baik sesama manusia, hewan, tumbuhan maupun benda mati.  Wujud kasih sayang tersebut merupakan bentuk cinta bagi kita untuk Tuhan kita. Karena untuk mencintai yang tak tampak maka cintailah yang tampak. Dalam hal ini cara  untuk mencintai Tuhan yaitu dengan mencintai ciptaan-Nya.

Wujud cinta  pada tuhan selain lelaku terhadap antar makhluk juga pada diri sendiri, yang mana kita senantiasa bersyukur atas rahmat dan anugrah yang diberikan oleh tuhan terhadap kita. Rasa syukur itu hendaknya tak sekedar dalam batin saja apalagi hanya ucapan semata. Rasa syukur itu perlu di jalankan dalam wujud lelaku nyata baik untuk diri sendiri maupun untuk makhluknya.

Rasa syukur atas rahmatnya yaitu tanggung jawab atas kemampuan yang tuhan berikan pada kita., yang terkadang kita masih sering berkata jika Tuhan tidak adil. Dengan susah payah kita mendapatkan tetapi dengan mudah orang lain mendapatkan. Alasannya mereka terlahir dengan kemampuan yang lebih. Namun itu bukan hal yang dapat kita justifikasikan kepada Tuhan dan kemudian menjadi seorang pesimistis.

Banyak orang yang diberikan kemampuan lebih bahkan luar biasa, namun mereka tidak bertanggung jawab atas kemampuan yang Tuhan anugerahkan. Mereka tidak peduli akan kemampuan yang mereka miliki bahkan mereka menggunakan kemampuan mereka untuk hal-hal yang merusak. Kemampuan yang tuhan berikan kepada kita harus dapat kita pertanggungjawabkan dan gunakan sebagaimana mestinya, untuk kemaslahatan bersama dan sebagai cara kita mencintai Tuhan dan makhluk Nya1. (R. Adw / Kader Rayon Nusantara / A)

1Catatan facebook Robiyatul adawiyah per 4 September 2016

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama