Longmarch dalam
rangka show of force Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) serentak di berbagai kota di
Jawa Timur menunjukkan organisasi anti Pancasila dan NKRI ini sudah merasa kuat
dan siap berhadapan dengan Nahdlatul Ulama sebagai organisasi keagamaan yang
getol membela NKRI.
Mereka sadar bahwa
NU adalah penghalang utama atas misi mereka mendirikan Khilafah untuk mengganti
sistem negara Indonesia menjadi negara Islam ala mereka. Meski jumlah mereka
bisa dihitung dengan jari namun gerakan mereka militan, tidak pernah putus asa
dengan mimpi-mimpinya.
Yang menjadi
pertanyaan kenapa mereka berani melakukan unjuk kekuatan di Jawa Timur yang
nota bene basis Nahdlatul Ulama? yah... bukan HTI jika tidak cerdik mendesain
gerakan apapun untuk meraup simpati publik. Mereka tahu jika gerakannya akan
dihadang minimal oleh Ansor dengan Bansernya, dari sini HTI akan memposisikan
diri sebagai korban dari kezaliman NU, karena modal mereka adalah Ghozwul Fikri
(perang pemikiran) maka dengan kejadian sweeping yang dilakukan Banser mereka
akan membalik opini di masyarakat bahwa NU lah yang salah,diharapkan HTI akan
mendapatkan dukungan lebih dari publik atau minimal akan mampu mendegradasi
nama NU. Jika mereka berhasil mendegradasi NU Jatim,
Selain itu, HTI
merasa percaya diri dengan show of force
nya karena dia merasa terlindungi oleh negara yang nota bene ingin dia
gulingkan, aparat seakan menutup mata dengan perilaku HTI ini alias membiarkan
NU menghadapi sendirian menghadang HTI.
Yang menjadi
pertanyaan selanjutnya kenapa aparat keamanan negara membiarkan itu? Jawabnya,
bisa saja 1)karena HTI belum dianggap sebagai ancaman serius karena aktifitas
HTI masih sebatas wacana ideologi, 2)pemerintah ingin mengendalikan kekuatan
sipil khususnya umat Islam yang berpotensi melawan kebijakan-kebijakan yang
tidak pro rakyat, sehingga membiarkan konsentrasi antar kekuatan dipecah dan
sibuk gegeran sendiri,
3) Pemerintah
khawatir akan dianggap melanggar HAM dan demokrasi (padahal HTI anti demokrasi
lho...).
4) atau bisa jadi
negara memang ingin cuci tangan dan tidak ingin diribetkan urusan dengan
perusuh negara model HTI ini, maka negara memanfaatkan NU untuk menghadapi
mereka, yang pada akhirnya negara juga yang menuai hasil tanpa kotor tangan.
Dari analisa di
atas, yang menarik untuk diungkap adalah bahwa dalam konteks beragama dan
bernegara NU terbukti berhasil dan selalu konsisten menunjukkan konsep agama
dan negara tidak saling menegasikan, bahkan spirit agama mampu diterjemahkan
untuk mengisi anasir-anasir kebangsaan agar terwujud kehidupan umat yang damai
dan beradab. Siapapun penghuni Indonesia diayomi selama tidak mengganggu
ketentraman dan persatuan bangsa. Sebaliknya, barangsiapa yang mengancam NKRI
pasti berhadapan dengan NU.
Meski NU sadar
dalam perjalanan sejarah mengawal bangsa ini NU selalu diposisikan sebagai
spesialis pemain di babak penyisihan dan semi final, dan saat final selalu
tidak dilibatkan. Sehingga NU secara praktis seringkali tidak diikutkan dalam
menikmati hasil perjuangannya. Hal ini bisa kita baca dalam sejarah proses yang
melibatkan tokoh-tokoh NU dalam ikut merumuskan bentuk negara Indonesia baik di
BPUPKI maupun PPKI, pasca perjuangan para santri dan ulama dengan resolusi
jihadnya, perjuangan era 1965 an saat NU berada di garda terdepan menumpas
PKI,ataupun saat reformasi, begitu besar peran NU namun selalu ditinggal dalam
mengisi pos-pos strategi pemerintahan. Namun... Itu tidak masalah bagi NU,
karena perjuangan NU lebih diorientasikan untuk kebaikan umat, tidak melulu
mencari pamrih kekuasaan.
NU saat ini seakan
sendirian mengawal keutuhan bangsa, sementara yang lain masih belum selesai
dalam merumuskan hubungan agama dan negara, sementara beberapa organisasi
keagamaan tidak peduli bahkan beberapa dari mereka bersikeras berusaha merubah
ideologi Pancasila dan NKRI. Kenapa NU bersikap begitu? Jawabnya karena NU
dengan mengimplementasikan nilai-nilai Islam Ahlussunnah waljamaah ikut
berproses mendirikan bangsa Indonesia. Tanpa perjuangan para ulama dan santri
bisa jadi Indonesia yang kita cintai ini tidak berdiri, kemerdekaan tidak
tercapai.
Kenapa NU lebih
memilih negara bangsa bukan kekhilafahan atau negara Islam?
Jawabnya karena NU
menyadari bahwa bangsa Indonesia ini majemuk, tidak semua elemen setuju dengan
konsep negara Islam. NU memandang bahwa NKRI dan Pancasila adalah pilihan
terbaik dan termaslahah untuk keutuhan bangsa ini, dan terbuka kebebasan umat
Islam dalam menjalankan ajarannya. Selain itu, dalam konteks dakwah, Islam
lebih berpotensi besar membumikan nilai-nilai ajarannya di seluruh aspek
kehidupan dan pelosok bangsa ini, daripada memaksakan mendirikan negara Islam
yang berpotensi akan memecah belah bangsa ini sehingga pada akhirnya Islam
tidak semakin membumi di Nusantara ini.
Akhirnya, marilah bersama Nahdlatul Ulama kita
bumikan ajaran Islam rahmatan lil alamin dan jaga keutuhan bangsa ini.
Oleh : Gus Qodir
Disebarkan oleh Gadis Boja/Rayon Garuda
Tags:
Berita