Pendidikan menjadi bagian
terpenting dalam kehidupan masyarakat sekarang, semua orang berburu sekolah
terbaik yang mampu menjadikan anak-anak mereka pintar ataupun pandai. Orang tua
berlomba-lomba kesana kemari mendaftarkan anak mereka demi secercah harapan
yaitu bisa lebih beruntung dari nasib mereka dahulu, yang mungkin hanyalah
lulusan bangku sekolah dasar. Jadi dengan memberikan pendidikan yang terbaik
untuk anak-anaknya, mereka berharap anak-anaknya kelak akan memiliki kehidupan
yang lebih baik dari mereka. Hal itulah yang seringkali kita temukan ketika
musim pendaftaran tiba. Namun, benarkah harapan itu akan terwujud?
Jika diperhatikan, kondisi
pendidikan kita sekarang ini cenderung mencemaskan. Bagaimana tidak?. Menurut
survei tertentu disebutkan bahwa minat membaca anak-anak Indonesia masih
sangatlah rendah, padahal bekal membaca untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
sangatlah besar. Bisa dibayangkan, lalu bagaimana jika anak-anak Indonesia malas
membaca? Apakah transformasi ilmu pengetahuan oleh guru cukup berhasil
menanamkan beragam ilmu yang berkembang sekarang. Perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi memang menjadi tantangan perubahan metode pengajaran pendidikan. Mau
tidak mau, pembelajaran konvensional model ceramah harus ditinggalkan karena
sudah tidak relevan dengan era sekarang.
Namun tuntutan itu kerapkali
membuat para pendidik kewalahan, ketika memulai hal yang baru memang terasa
sulit dan tak menyenangkan. Tapi sebagai sutradara dalam kelas, pendidik harus
terus belajar untuk memperbaharui metode terkini dalam pengajaran. Ketika tugas
mereka sebagai orang tua kedua yang berperan mencerdaskan anak-anak Indonesia,
seharusnya tak ada hambatan yang tak bisa ditemukan solusi dalam pengajaran.
Harapan besar Indonesia telah
kita sering dengar, yaitu lahirnya generasi emas di tahun 2045 tepat di seratus
tahun Indonesia Merdeka. Lalu, bagaimana agar cita-cita itu terwujud? , ya
jelas kita harus peduli mulai dari sekarang. Menilik sejarah pendidikan
Indonesia di pra kemerdekaan, ternyata Ki Hadjar Dewantara, Tan Malaka, Moh
Sjafei dan tokoh-tokoh yang lain telah merumuskan konsep pendidikan yang
sejatinya masih relevan sampai sekarang.
Ki Hadjar Dewantara merumuskan
konsep mendidik anak-anak dengan sistem “among” yang berarti mengasuh, disini anak harus
diberikan kebebasan dalam memilih dan merdeka secara fisik dan batinnya. Hal
ini diharapkan anak mampu belajar dengan bahagia tidak tertekan oleh kondisi
apapun, sehingga ketika mereka belajar mereka merasa bahagia dan dihargai oleh
lingkungannya.Selain itu, ada konsep “asah, asih dan asuh” yang masih relevan
sampai sekarang.
Kondisi berbeda dapat kita
rasakan sekarang, dimana pembaharuan kurikulum seolah-olah menjadi solusi
uintuk menghadapi perubahan IPTEK, banyak yang mengeluh dan banyak yang
berusaha belajar. Maka sebagai calon pendidik di masa depan sudah sepatutnya
kita mempersiapkan diri mulai dari sekarang. Sehingga kita mampu mewujudkan
pendidikan yang berkualitas dan peran serta dalam mencerdaskan generasi bangsa
yang merdeka. ANR
Tags:
Opini