Toleransi Umat Beragama Menurut Islam

Oleh Maftuchan (PMII Rayon Pancasila, Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Jumat – 15:53 WIB


Toleransi dalam bahasa Arab ‘Tasamuh, as-samahah’ yang berarti sebuah konsep yang menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama diantara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda etnis, bahasa, budaya, politik atau agama. Toleransi merupakan konsep perintah ajaran-ajaran yang mulia untuk selalu hidup dalam kerukunan, termasuk dalam ajaran Islam. Dalam konteks toleransi beragama, islam memiliki konsep yang jelas ‘Laa Ikrahaa Fid Diin’ (Al-Baqarah: 256) artinya Tidak ada paksaan dalam beragama. Sementara itu, didalam surah Al-Kafirun ayat 6 berbunyi ‘lakum diinukum wa liyadiin’ artinya bagimu adalah agamamu, dan bagiku adalah agamaku, ayat-ayat tersebut contoh konsep toleransi beragama dalam Islam. Selain ayat tersebut, banyak ayat-ayat lain yang membahas tentang toleransi diantaranya surah Yunus ayat 40-41, 99 dan surah Al- Kahfi ayat 29, juga sejumlah hadist serta praktik toleransi dalam ajaran Islam. Fakta sejarah menunjukkan bahwa persoalan toleransi bukanlah sebuah konsep asing. Toleransi menjadi sebuah konsep bagian integral dari Islam yang detail-detailya dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsirnya seperti Tafsir Ibnu Katsir 1/682 dan Tafsir Al-Baghawi 1/313. Selanjutnya rumusan tersebut disempurnakan oleh para ulama dengan pengayaan-pengayaan baru dan akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam pemeluk Islam.

Toleransi dalam perspektif Islam bukan saja dihadapkan pada permasalah antar sesama manusia, tetapi juga terhadap alam semesta, makhluk hidup, dan lingkungan. Ada satu hal yang dibatasi dalam toleransi, yakni toleransi dalam beragama. Toleransi beragama menyangkut masalah keyakinan manusia dengan Tuhan. Ia begitu sensitif, primordial, dan sering menjadi pemicu terjadinya konflik sehingga hal ini menjadi perhatian serius dan diatur dengan jelas di dalam Islam.

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang menyeluruh atau komprehensif. Implikasi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena berangkat dari ketaqwaan itulah rasa persaudaraan antar umat beragama dilahirkan. Persaudaraan merupakan salah satu bentuk dari toleransi dalam beragama yang diajarkan Islam. Selain itu persaudaraan akan melindungi hak- hak orang lain dengan perbedaan yang ada dapat diterima oleh masyarakat Islam. Dalam persaudaraan itu juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerjasama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.

Toleransi beragama juga dapat terlihat dari sikap melindungi dan saling tolong menolong tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan. Bukti sikap tersebut mendasar pada hadist yang diriwayatkan Syu’ab Al-Imam, karya seorang pemikir abad ke-11, Al- Baihaqi, dikatakan: “Siapa yang membongkar aib orang lain di dunia ini, maka Allah (nanti) pasti akan membongkar aibnya di hari pembalasan”. Maka dari itu keharmonisan dalam menjalani kehidupan dapat terciptan dengan sikap- sikap saling mengasihi diantara sesama umat manusia. Dan lahir pemahaman bahwa umat manusia adalah satu badan dan akan kehilangan sifat kemanusiaannya apabila mereka saling menyakiti satu sama lain. Sikap tolong menolong inilah yang akan menjadi inti dari toleransi dalam memandang perbedaan apapun, termasuk agama. Dan prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, bahwa kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini. Hal ini terkandung dalam ayat Al-Quran yang berbunyi: “Maka hadapkanlah wajahmu ke arah agama menurut cara (Allah); yang alamiah sesuai dengan pola pemberian (fitrah) Allah, atas dasar mana Dia menciptakan manusia…”. Dasar-dasar penjelasan mengenai toleransi dalam Al-Quran, Hadist, dan tafsir-tafsir merupakan penegas bahwa toleransi dalam Islam itu sangat komprehensif dan serba meliputi. Baik lahir maupun batin, karenanya toleransi tidak akan tegak jika tidak lahir dari hati. Ini berarti konsep toleransi bukan saja dalam hal ketersediaan untuk menerima perbedaan, tetapi juga memerlukan pengorbanan material dan spiritual lahir maupun batin. Atas dasar itulah konsep toleransi dalam Islam menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan muamalah (hablum minan nas) yang ditopang dengan spiritual yang kokoh (hablum minallah).

Toleransi dalam Praktik Sejarah Islam
Perkembangan Islam ke wilayah- wilayah Jazirah Arab yang begitu cepat menunjukkan bahwa Islam dapat diterima sebagai agama “rahmatan lil ‘alamin” (pengayom semua manusia dan alam semesta). Ekspansi-ekspansi Islam ke Syria, Spanyol, Mesir, Persia, Indonesia, Malaysia, dan ke seluruh dunia melalui jalur damai. Islam tidak memaksakan agama kepada penduduk sampai akhirnya penduduk yang akhirnya menemukan kebenaran Islam itu sendiri melalui interaksi intensif dan dialog. Cara ini dilakukan berjalan merata hingga Islam merata mencapai wilayah ekspansi yang sangat luas hampir ke seluruh dunia.

Sebagai contoh, sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Penyebaran dilakukan melalui perdagangan dan interaksi pernikahan dengan orang Indonesia, sementara penduduk lokal yang tetap kekeh pada keyakinan lamanya tidak dimusuhi. Akan tetapi, proses pengajarannya dilakukan dengan akulturasi dan enkulturasi budaya, agar menjaga toleransi budaya setempat yang tidak menimbulkan konflik. Apa yang dicontohkan para Walisongo di Jawa merupakan contoh shahih betapa penyebaran Islam dilakukan dengan cara damai dan pola-pola toleransi yang telah diajarkan dalam Islam.

Secara perlahan tapi pasti, Islamisasi di Indonesia hampir mendekati sempurna dan bisa dikatakan tanpa terjadinya konflik sedikitpun. Proses islamisasi melalui jalur akulturasi dan enkulturasi budaya membuat penduduk lokal mau masuk Islam atas pilihannya sendiri tanpa ada paksaan ketika meninggalkan keyakinan lamanya. Karena proses penyebarannya dengan jalan damai, hingga sekarang ini kegairahan beragama Islam dengan segala gegap-gempitanya menandai keberhasilan toleransi Islam, yakni sikap untuk selalu menghormati dan menghargai perbedaan budaya menjadi kunci suksesnya Islam diterima dan berkembang di Indonesia.


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama