Dyah
Malam
itu angin bertiup kencang, menghembuskan rasa takut yang begitu dalam,
Terdengar dari jauh suara tembakan saling bersautan, diiringi suara teriakan
yang memekikkan hingga membuat jiwa merasa tak tenang.
Dor!!!
tembakan yang begitu jelas, membuat seluruh
penduduk kaget tak karuan,
Dor!!!
Dor!!!
Dor!!!
Dan
berhasil menggertak para penduduk di sekitar ku,
Waktu itu aku masih kecil, tak tau apa
arti harta, pajak, mencari uang....... Yang ku tau hanya makan, main, tidur,
bersenang senang, tetapi semua lenyap ketika aku bersembunyi dan para tuan-tuan
memasuki rumah ku dan berteriak kepada orang tua ku
“Pajak! Beri aku pajak! “
Bapak ku berkata “aku tak punya cukup
harta untuk membayar nya tuan” Sambil menunduk mengemis meminta belah kasih
Para tuan itu bertanya sambil menodongkan
pistol dan bersiap menembak “punya kah kau seorang gadis untuk ku”
Bapak ku menjawab dengan rasa takut
“tidak... Tuan”
Lalu bapak ku di tembak mati oleh para
tuan- tuan itu, aku yang bersembunyi dan tidak tau apa apa lantas meneriaki
bapak ku yang di tembak mati
“Bapak...! “
Akhir nya dengan lugunya aku lari menuju
bapak Ku yang sekarat. Dan pada waktu itu pula aku langsung di bawa para tuan
tuan itu, ibu ku yang melihat ku di bawa memohon agar aku tak di bawa pergi
para tuan tuan itu.
“Tuan jangan ambil putri ku, dia anak satu
satunya yang aku miliki tuan tolong lah jangan bawa anak ku “ Sambil menangis
di bawah kaki tuan
Tetapi karena tuan terlalu kejam ibu ku
pun di tembak mati pula dan aku di bawa pergi oleh tuan dengan jeritan dan
tangisan yang luar biasa
Setelah kejadian itu aku di masukan
kedalam truk yang berisikan gadis gadis seusia ku, aku menangis dan takut saat
di atas truk , aku tak tau apa yang terjadi aku masih terlalu dini untuk
melihat kejadian seperti ini,
Dan sesampainya aku di tempat yang sangat
besar kemudian aku di borgol dan di arak menuju rumah para tuan tuan itu
tinggal, yang aku lihat banyak kamar, banyak gadis, banyak luka memar dan tak
ada kebahagiaan , gelap raut muka nya, dan aku semakin takut berada di situ.
Aku pun di suruh berhenti setelah di arak
bersama gadis-gadis lain nya, di sinilah saya di paksa dan di kucuti para tuan
tuan yang memegang pistol.
“Buka baju mu, atau akan ku tembak sampai
mati” Kata tuan
Aku hanya terdiam menuruti nya, setelah
terlucuti aku di beri baju yang tipis sekali hingga angin yang menghembus ke
badan ku terasa, aku ingin menangis tapi ketika aku menangis para tuan itu
semakin brutal pada ku,
Hati ku berkata
“Tuhan lindungi aku, selamat kan aku, aku
ingin pulang”
Kata itu pun tidak berguna lagi ketika
semua gadis gadis termasuk aku dimasukan dalam bilik bilik kamar yang berbeda
Dan di malam itu aku yang berada di kamar
itu sendiri sepi dan mendengar teriakan minta tolong, jeritan pun takut ,
bingung apa yang terjadi dan apa yang harus aku lakukan sampai ada yang membuka
pintu dan berkata
“hoi juffrouw je bent erg mooi, ik ben
klaar om vanavond van je te genieten”
Aku pun ketakutan berada di pojokan ruang
kamar, badan nya yang besar dan bersenjata lengkap juga membuat ku ingat bahwa
orang tua ku di bunuh oleh orang yang mirip dengan yang di hadapan ku ini .
Tuan itu berkata lagi sambil mendekati ku dan mengelus kepala ku
“nona, perkenalkan dirimu padaku, aku tak akan membunuhmu jika kau menuruti ku”
Aku berkata sambil gemeteran “ Aku...
Aaaakuu... Dyah...tuan... “
Tuan berkata “ Tidak usah takut sini
berbaring dengan ku”
Setelah kesucian ku terenggut para tuan
tuan, di malam itu aku duduk melamun menahan rasa sakit, luka memar, trauma,
sendiri itu ber hari-hari dan siksaan itu tak berhenti henti, semakin aku
berontak semakin aku di nodai, rasa nya ingin mati tapi tak bisa mati, mayat
pun masih di perlakukan sama seperti pelacur jika tubuh nya masih berbentuk,
jika sudah tak berbentuk akan di beri kan kepada para anjing tuan yang
kelaparan... Itu lah yang ku lihat setiap hari, hidup ku seakan akan menjadi
neraka di dunia mendadak setelah kejadian itu
Berbulan bulan aku di penjara pelacur para
tuan, aku memiliki teman nama nya Sinta, Sinta nasib nya sama seperti ku orang
tua nya di bunuh dan dirinya dijadikan pelacur seperti ini, dia sudah 2 tahun
menahan penderitaan di penjara ini katanya kita akan bebas ketika kita di
bebaskan tuan dengan cara di peristri dan itu yang di cita cita kan para
pelacur di sini, tetapi kemungkinan itu akan sedikit sekali karena kata Sinta
tak semua tuan di sini punya hati yang tulus untuk membebaskan kita para budak pelacur.
Sebulan setelah itu ada kejadian yang
begitu heboh, tempat dimana aku kerja mendadak ricuh akibat serangan mendadak
dari pasukan gerilya yang menargetkan para kompeni yang sedang asyik memainkan kemaluannya.
Boom!!
Suara bom terdengar begitu menggelegar,
salah satu tembok kamar runtuh menimpa kepala kompeni, darah bercucuran, suara
adu tembakan terdengar
Aku berlari mencari tempat perlindungan,
nafasku tersengal lariku tak beraturan tak peduli dengan jeritan pertolongan
aku tetap berlari menjauhi tempat ini.
4 jam berlalu pertempuran dimenangkan oleh
pihak pahlawan semua kompeni mati tak tersisa, aku ditemukan pingsan oleh salah
satu pahlawan dan kemudian dibawa ke markas mereka.
Siapa namamu ?
Tanya seorang pahlawan
Aku masih diam memikirkan teman temanku
yang entah sekarang ada dimana
Halo nona siapa namamu ? Kenalkan namaku Jatmiko,
tenang saja kamu aman disini
Jelas sang pahlawan itu
Aku yang bingung Asal menjawab “ Dyah ”
Kemudian dia pergi ke belakang
mengambilkan aku secangkir teh agar aku merasa lebih tenang.
Dua Minggu aku terus berada di markas itu,
menyaksikan mereka rapat membahas serangan lanjutan sekaligus mengobati para
korban.
Jatmiko merawat lukaku hingga sembuh,
banyak kisah lucu yang dia ceritakan padaku ketika mengobatiku, aku kagum padanya,
dia mampu membuat kesedihan para korban menjadi sebuah senyuman.
Aku tak tau jika rasa kagum ini akan
berubah menjadi rasa sayang rasa cinta rasa ingin memiliki dirinya yg begitu
dalam
Aku tak tau bagaimana cara mengungkapkan
rasa ini, dipendam sakit diutarakan pun takut mendengar jawaban darinya, aku
takut bila dia menjauh dariku setelah mendengar pengakuanku.
Kuberanikan diri mencoba mengirimkannya
surat dan entah keajaiban apa dia membalas surat pengakuanku
Ah sungguh aku malu jika mengingatnya,
bagaimana cara dia menghampiriku menarik tanganku dan mengucapkan dengan lembut
Bagaimana aku bisa menolak rasa cinta dari
bidadari sepertimu ?
Kisah yang indah bukan ?
Ah sungguh, kemudian dia mengajakku untuk
pergi kerumahnya dan berjanjiuntuk menikahiku setelah rangkaian serangan itu
usai
Sesampainya dirumahnya, bayanganku akan
indahnya nikah bersama, menjalani kehidupan keluarga, saling bercerita hancur
seketika
Ternyata dia sudah mempunyai istri dan
mencoba menjadikanku istri keduanya,
Aku yang tak punya pilihan sedari masih
kecil hanya mampu mengiyakan ajakan tersebut, entah apa ini rasa sedih atau
bahagia aku tak tau.
Yang kumau saat itu hanyalah sebuah keluarga.
Tak peduli aku jadi nomer berapa, itu
lebih baik daripada kehidupan ku yang dulu.
Toh jadi yang keberapa itu juga bukan
suatu yang buruk.
Namun perkiraan ku salah, aku hanya dapat perlakuan
layaknya kehidupanku yang dulu,
Omong kosong dengan cinta belaka, melihat
dia memperlakukanku sebagai alat pemuasnya, mengurung ku di gudang seperti
hewan peliharaan.
Tak luput juga perlakuan istri pertamanya
yang selalu mamaki maki diriku.
Ah benar sungguh hidupku tak lebih dari
alat pemuas saja, tak bisakah aku merasakan bebasnya hidup merasakan cinta dari
seseorang yang istimewa ?
Apakah ini jalan yang sudah tuhan tentukan
kepadaku ?
Tak bisakah aku merasakan secuil dari
kebebasan itu sendiri ?
Ah sungguh aku tak tau harus bagaimana lagi
Sungguh mengingat cerita cerita masa lalu
itu membuatku mual.
Mungkin hanya ini yang bisa aku berikan padamu...
****
Teriakan tangisan membuat Jatmiko bangun
dari tidurnya.
“ Argh siapa yang nangis waktu malam
begini si! “
Gerutu Jatmiko sembari mencari asal dari
suara tersebut.
Sesaat dia kaget menemukan bayi yang
menangis disamping tubuh Dyah yang menggantung di langit atap.