Emansipasi Wanita



 

Dono dan dini adalah sepasang suami istri dengan dua anak yang masih kecil. Dono bekerja sebagai penjaga toko, sementara dini bekerja pada sebuah kantor. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dini merupakan seorang perempuan yang mempunyai posisi dan jabatan, dan juga uang. Singkat kata, dini adalah sosok Emansipasi Wanita.

Seperti dono, dini juga bekerja seharian, cari uang istilahnya. Berangkat pagi, pulang sore, bahkan terkadang pulang malam. Dan sebagai pekerja, tentulah dini merasa lelah sepulang kerja. Di rumah inginnya dini istirahat saja, duduk manis di tepan tivi, tidak ingin melakukan pekerjaaan rumah, mencuci piring, mengurus anak, dsb.

Pada suatu malam, dono memulai kisahnya dengan berkata kepada dini …..,

Dono – Dini, bikinkan abang kopi …..

Dini – bikin sendiri aja kenapa sih bang? Gelas ada, kopi ada, aer panas ada, tinggal tuang.

Dono – terus, buat apa ada istri kalau semua nya abang ambil sendiri?

Dini – bang, dini capek bang …. Abang ga ngliat dini kerja seharian cari uang?

Dono – lha emang abang sendiri gak capek?

Dini – bang, dini kan juga capek kerja cari duit ….

Suasana mulai agak tegang.

Dono – kok kerja cari duit yang dini jadiin alasan? Memang siapa yang suruh dini kerja cari duit? Kan abang bilang dari dulu, dini gak usah kerja, di rumah aja, kan nafkah udah jadi tanggungjawab abang sebagai suami dan kepala rumahtangga? Jadi kalau dini capek karena kerja cari duit, itu bukan alasan untuk gak mau ambilin abang kopi.

Dini – abang ngomong enak  ejje … sekarang jaman Emansipasi Wanita, bang. Perempuan berhak juga untuk punya pekerjaan dan karir, gak seperti dulu ketika perempuan di dapur ejje nunggu suami pulang, manut ejje ke suami, kayak orang nunggu nasib ejje …..

Dono – oooo jadi itu logika dini? Dengan alasan Emansipasi Wanita, dini berhak untuk melawan perintah suami? Demi dan karena Emansipasi Wanita?

Dini – memang kenapa, bang? Jadi, dini dan semua perempuan gak boleh punya hak berkarir? Jadi abang pengennya dini di rumah ejje seperti perempuan jaman dulu, yang kerjanya di dapur mulu,  gedein anak, bersihin cirit anak? Ohh gak bisa bang, dini bukan perempuan jaman dulu. Sekarang perempuan bangkit, bang, untuk setara dengan laki-laki.

Dono – jadi intinya, sekarang dini gak mau ambilin abang kopi? Dan itu semua karena Emansipasi Wanita?

Dini – emang kenapa, bang? Ambil sendiri ejje bang. Kita sama-sama capek ….. bukan abang ejje.

Mengingat cekcok ini bukan kali yang pertama, maka naik darahlah dono. Kekerasan fisik langsung terjadi. Melayanglah gamparan dan tamparan sang suami ke wajah dini. Namun dini, sebagai perempuan yang diberdayakan dan terbiasa menghadapi lelaki di tempat kerja, juga ikut naik darah. Maka dilawanlah suaminya, melayang juga cakaran dan pukulan kepada sang suami. Semakin menderalah emosi dono, gelap mata. Dibenturkannya kepala dini ke tembok, tidak sekali, melainkan dua, tiga bahkan empat kali. Dini apa daya, dia hanya seorang perempuan. Meregang nyawalah dini di tangan suami  sendiri.

Dono terdiam, karena sekarang dini sudah menjadi mayat dengan darah bercucuran di wajahnya. Dono melarikan diri malam itu juga. Namun di dalam waktu singkat, aparat berhasil meringkus dono, dengan pasal KDRT. Orang bilang, seorang suami kok tega membunuh istrinya sendiri?

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama