Semburat Cahyaning Ratri

Oleh Muhammad Jafar Sodik (PMII Rayon Bahasa dan Seni, Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Minggu, 29 Desember 2024 - 10.20 WIB



Sumber gambar: https://images.app.goo.gl/DrvFBTHySJGVJKrd9


Mereka berkata, "butakan mataku, aku ingin melihat-Mu".


Aku banyak berbincang dengan sunyi

Menyaksikan bangkai-bangkai mati suri

Dari nisan tumbuh bunga

Indah menjelma kepulan doa


Para kekasih sejenak menepi

Mereka mendamba cinta lewat kilas mimpi

Semerbak dupa menyapa

Kenapa rindu muncul hebat tanpa aba-aba?


Betapa rapuh hamba, Tuan

tangisku yang kini tak lagi sesenggukan


Betapa rikuh hamba, Tuan

kuraih dunia sementara lupa Sang Pemilik ada di hadapan


Betapa angkuh hamba, Tuan

ku lupakan Muhammad sembari meninggikan pikiran


Hai Tuan Pemilik nur Muhammad

Bantu aku sekedar mengendapkan hati

Rangkul aku di jalan sunyi

Akan aku tinggalkan segala, asal setelahnya, Engkau hadir kembali pada diri



Jepara, 20 Februari 2023



Puisi "Semburat Cahyaning Ratri" berarti Pancaran Cahaya Malam, yang menggambarkan kilatan cahaya dari jurang Idham saat malam kelahiran Nabi.

Puisi tersebut ditulis sebagai kado untuk Kanjeng Nabi yang sudah mendatangi saya lewat rasa, sekaligus renungan saya yang malam itu sedang dalam keadaan kalut dengan masalah dunia, kemudian tiba-tiba muncul rasa rindu pada Tuhan dan Kekasih-Nya. Saya pikir, Ia datang untuk memberi damai dan tenang di tengah-tengah kacaunya pikiran agar segera kembali menyerahkan semua masalah pada Tuhan.

Sekian.

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama