Oleh Sabdo (PMII Rayon M Zamroni, Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Selasa, 18 Februari 2025 - 3.40 WIB
Sumber gambar: https://images.app.goo.gl/8d7U3G8n7yYqpLdX7
Kita sering mendengar kalimat motivasi "orang lain bisa, pasti saya juga bisa", kalimat tersebut sering dilontarkan para motivator untuk menyemangati para audiensnya. Namun, ada yang luput dari kalimat tersebut, yakni terkait kemampuan membaca situasi dan kondisi yang dihadapi. Dalam meraih suatu cita-cita, setiap orang memiliki kondisi dan situasi yang berbeda satu dengan yang lainnya, ada yang terlahir dengan muka tampan dan kaya raya, ada juga yang terlahir dengan muka biasa saja dan hidup sederhana.
Dari memahami dan membaca situasi dan kondisi yang ada. Akhirnya banyak orang mulai paham bahwa tidak semua cita-cita atau keinginan kita bisa terwujud dalam hidup ini. Orang-orang yang sudah berdamai dengan diri sendiri serta situasi dan kondisi memiliki pemikiran dan mulai merevisi kalimat motivasi tersebut, yang sebelumnya berkata "orang lain bisa, pasti saya juga bisa" menjadi "orang lain bisa, pasti saya juga bisa dibidang yang lain".
Kalimat kedua tersebut mengajarkan kita bahwa setiap manusia memiliki kemampuan dan keahlian dibidangnya masing-masing yang saling melengkapi satu manusia dengan manusia lainnya. Oleh karena itu, sebagai manusia hendaknya memahami dan menerima kondisi dan situasi hidup yang kita jalani, lalu mencari bakat dan keahlian kita, dan menjadi pribadi yang sebaik-baiknya, yakni yang bermanfaat dan berdampak positif bagi orang lain.
Menerima Kenyataan
Dalam serial Naruto Shippuden, salah satu karakter villain bernama Madara Uchiha pernah berkata: "Hadapilah kenyataan, didunia ini tidak semua keinginanmu terkabul. Kalau kau hidup lebih lama lagi, kau akan sadar kalau hidup itu tidak lebih dari kesedihan, penderitaan, dan kekosongan, dengarkanlah".
Kalimat karakter tersebut mengajarkan untuk menghadapi kenyataan bahwasanya di dunia ini tidak semua cita-cita, keinginan, dan hasrat seorang manusia akan terkabul dan berjalan sesuai dengan rencana. Dalam proses menerima kenyataan atau realita yang dihadapi pasti akan menimbulkan kesedihan, penderitaan, dan rasa hampa.
Walaupun begitu, manusia akan menerima realita yang dihadapinya seiring berjalannya waktu dan mulai beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada. Jadi, ketika kenyataan tidak berpihak pada kita, hendaknya kita memahami, menerima, beradaptasi, dan menjalani kehidupan lagi. Albert Einsten berkata: "Hidup itu seperti mengendarai sepeda. Untuk menjaga keseimbangan, Anda harus terus bergerak".
Temukan Bakat dan Keahlian yang Dimiliki
Setiap manusia terlahir dengan bakat dan keahlian yang dimilikinya tersendiri, kendati beberapa memiliki kesamaan, pasti terdapat keunikan antara yang satu dengan yang lainnya. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, "Orang lain bisa, pasti saya juga bisa dibidang yang lain". Dan jangan coba untuk memaksakan diri meraih apa yang belum saatnya diraih, percayalah bahwasanya setiap masa ada orangnya, dan setiap orang ada masa yang tepat.
Jika suatu keinginan atau cita-cita belum tercapai, cobalah untuk menemukan hal lain yang sesuai dengan kemampuan serta keahlian yang dimiliki. Siapa tahu hal tersebut merupakan sebuah potensi diri yang belum dikenali dan membawa kesuksesan di kemudian hari.
Master Oogway dalam series Kung Fu Panda pernah berkata pada Poo, Sang Main Character (MC), ketika Poo merasa terpuruk dan belum menemukan cara untuk mempelajari seni bela diri Kung Fu dimana perkataan sang master inilah yang memberikan spirit untuk Sang MC mengenali potensi dirinya bahwasanya cara belajar Kung Fu-nya berbeda dari orang lain, Sang Master berkata: "Yesterday is a History, Tomorrow is a Mystery, and Today is a Gift".
Terus Tumbuh dan Menumbuhkan
Walaupun semua hal yang menjadi keinginan, cita-cita, dan hasrat manusia tidak semuanya terkabul. Namun, hidup harus terus berjalan dan waktu akan silih berganti memberikan kesempatan pada setiap orang untuk terus berkembang serta bertransformasi kearah yang lebih baik.
Sebagai makhluk yang diberi akal dan hidup bersosial, hendaknya saling melengkapi dan berdampak positif satu sama lain untuk memberikan warna kepada dunia. Kendati manusia merasakan kesedihan, kepedihan, dan penderitaan akan hidup yang tidak sesuai rencana. Namun, dengan berdampak positif dan bersikap baik satu sama lain menjadikan hal itu obat karena menimbulkan suatu kebahagiaan dan menjadikan pribadi manusia itu sendiri menjadi sebaik-baiknya manusia. Seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur'an pada Surah Al-Baqarah ayat 216: "Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui".
Tags:
Opini