Oleh Ikhyar Gelegar (PMII Rayon Bahasa dan Seni, Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Rabu, 26 Februari 2025 - 14.25 WIB
Selepas dilantik menjadi putra mahkota di negara kecil;
Kobem menggelar pesta Nirnorma dengan hidangan dada yang masih ditudung kain sutera.
Tuak-tuak ranum sedia berderet di meja eksekutif
yang ia dapat dari bakat menjilat.
Karib se-ideologis erotis melenggang di batas sadar.
Obrolan-obrolan liar saling lempar.
Tentang lenggok tubuh,
tentang keterampilan mengendus.
Tentang mabuk yang tak ricuh,
tentang perempuan yang bakal dibungkus.
Orang-orang di bawah kepemimpinan tak pernah menduga
jika visi misi mengangkat pembaharuan, realisasinya ihwal lendir bau pandan.
Tindak-tanduk yang seolah mulia citraannya
Rupa gagasannya tak jauh dari syahwat pantat dan buah dada.
Berbicara soal penampilan?
Perempuan adalah hasil pahat Tuhan yang dimuliakan.
Dengan apa keindahan itu dibalut, tak menjadi soal untuk bebas dilecehkan.
Lagi pula Kobem adalah manusia yang mekar dari rahim perempuan.
Ya, semoga saja rahim yang sah
walau gelagatnya manis nalarnya sepah.
Sudahlah, habis sepah buang saja!
Sampah!
.....
Selamat menempuh hidup baru Kobem.
Tokoh cabul karanganku.