Oleh Muhammad Gumilar Mulyana (PMII Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Kamis, 27 Maret 2025 - 00.45 WIB
Sumber gambar: www.chatgpt.com
Serdadu tak punya malu
Buku dibakar, digantikan senjata dan peluru
Untuk apa serdadu belajar?
Jika peluru yang selalu diumbar
Idealisme anti buku
Termaktub dalam kias negara yang beratur
Mudah saja bagiku untuk berkuasa
Kata seorang serdadu yang berbaris menenteng senjata
Hanya perlu rasa tega dan tuas pindad tak beradat
Inilah pekerjaan mulia
Pekerjaan yang tunduk akan penguasa
Tak peduli siapa
Yang terpenting barak selalu terjaga
Kini serdadu ingin berlibur
Membawa secarik kertas
Dan tidur di atas permadani berkasur
Serdadu merasa jenuh dibarak
Mereka mengarak sipil tanpa rumah
Idealisme tabu
Menyatu dalam tubuh yang berdebu
Tak mengenal kata kotor
Asalkan penguasa selalu menjadikannya ekor
Kabut keserakahan menyelimut kalbu yang membubu
Ranah sipil diukur martil
Dijegal peluru yang nyaring mengil
Setiap keringat ingin terganti dengan daging hangat
Tugas serdadu telah mengabu
Berperang dan memburu telah berubah
Menjadi berbisnis dan meringis
Kesejahteraan dirasa semu
Upah rupiah dianggap hanyalah secuil ludah
Tak peduli seberapa banyak keringat sipil yang terjungkil
Selamat berkuasa para serdadu
Negara telah dikungkum dalam sungai kesewenangmu
Duka cita tersamar oleh Nawacita
Duka sipil telah menjelma sebongkah upil
Hanya perlu waktu dan usaha kecil oleh mu
Untuk bersantai dan mengopi
Di tiap sudut rumah yang dianggap barak
Senjata dan peluru
Dengan bangga ditenteng di tiap jengkal jalanan
Tembakan babi buta
Tak perlu lagi disembunyikan dibalik tugas negara
Nikmatilah masa mu kini
Tunggulah, bara sipil akan menyala
Saat barak tak lagi jadi sandaran
Dan peluru kehilangan tuan
Semarang, 16 Maret 2025