Oleh Muhammad Gumilar Mulyana (PMII Komisariat Al-Ghozali Semarang) pada Sabtu, 11 Oktober 2025 - 19.49 WIB
![]() | |
|
Wahai Jelita..
Tatapan itu mengguncang batas semerbaknya dua persona
Lirikan berkabut malu menyembunyikan kejujuranmu
Engkau menunduk anggun kala papasan di persimpangan jalan sepi
Tak ada perihal apapun yang menggelitik
Cukup dengan senyuman anggun milikmu Jelita
Aku mampu bergetar hingga ke inti jiwa
Mengapa engkau hanya terpana
Mengapa juga aku hanya terbisu
Mungkin saat itu, engkau berharap aku memulainya
Menyajikan topik obrolan yang tak pernah kita berdua bayangkan
Aku menunggu
Kau pun menunggu
Kita sama-sama tahu
Waktu melaju melawan takdir tak tentu
Pertemuan ini menggemakan harap di antara kita
Kebersamaan tergambar untuk kedepannya
Namun, sanggupkah kita untuk mewujudkannya?
Keputusan ada pada kita berdua
Momen ini akan menjadi takdir kita satu-satunya
Akankah kita dapat melangkah bersama?
Yogyakarta, 10 Oktober 2025
Tags:
Puisi
